Minggu, 28 Desember 2008



CATATAN BUDI USMAN

Tahun Baru, Semangat Baru
Letak jarum terus berputar, hari berganti hari, bulan demi bulan menjelang, tahun demi tahun pun berlalu, seiring pergantian siang ke malam begitu juga sebaliknya yang menandakan dunia sudah “renta” dan tidak terasa pula telah memasuki bulan Muharam, menandai datangnya kembali tahun yang baru 1430 H.

1430 tahun tonggak sejarah peradaban dunia Islam yang penuh dengan tatanan nilai-nilai yang menjunjung tinggi moral ditancapkan oleh Manusia Agung sepanjang masa Rasulullah Muhamad SAW seiring hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah.

Hijrahnya Rasulullah dari Makah ke Madinah yang dijadikan sistem penanggalan dalam kalender Islam bukanlah sekadar perpindahan fisik Beliau dari satu kota ke kota lainnya, melainkan lebih merupakan upaya untuk mengubah tatanan kehidupan jahiliyah kepada kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah, hingga Islam benar-benar menjadi kekuatan baru.

Yang bisa kita petik dari hijrahnya Rasulullah dalam mengarungi sisa-sisa umur kehidupan di dunia ini, tak lain kita jadikan tahun baru hijriyah sebagai momentum untuk mengubah diri. Berhijrah dari kemusyrikan kepada ketauhidan, dari lupa pindah kepada mengingat Allah SWT. Berhijrah dari pribadi yang jauh dari nilai-nilai Islami menuju Islam yang indah yang akan membawa kebahagian di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.

Hijrah dalam arti sesungguhnya adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh bangsa Indonesia saat ini. Karena, hampir semua prilaku jahiliyah seperti disebut di atas kini benar-benar telah menjadi “budaya” yang bentuk dan kualitasnya semakin meningkat dari hari ke hari. Semua kita merasa khawatir, bila semua itu tidak juga ditinggalkan setelah reformasi bergulir selama hampir lima tahun, akan muncul kekacauan yang luar biasa di bumi yang dimerdekakan dengan darah dan air mata ini. Banyak kalangan berpendapat, bahwa semua pintu untuk memperbaiki kondisi Indonesia yang carut marut ini sudah tertutup sama sekali, ada jalan lain selain revolusi. Dan, bila itu yang terjadi, sia- sialah pengorbanan para pendahulu bangsa yang telah menyumbangkan darah dan air mata mereka.

Substansi hijrah adalah perubahan sikap mental, dari jahiliyah ke madaniyah, bukan seremoni dan simbolik lainnya. Maka substansi peringatan tahun baru hijriyah buat bangsa Indonesia adalah segera melangkah meninggalkan prilaku korup, nepotis, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, dan kembali mengedepankan kepentingan pribadi, atau golongan. Bila semua itu tidak bisa dilakukan, tunggulah kehancuran datang tidak lama lagi.

Lalu, dari mana memulainya? Nabi berkata, ibda’ bi nafsik, tsumma li gairik.” Mulailah dengan dirimu sendiri. Baru yang lain mengikutinya. “Dirimu” yang dimaksud dalam hadits itu adalah para pemimpin, karena merekalah yang punya pengikut, dan pemimpin dari negara tentulah para pejabat, eksekutif maupun legislatif. Penulis tidak tahu lagi apa yang akan terjadi, bila dua kubu pemimpin ini tidak juga hijrah pada tahun ini.

Sudah saatnya kita evaluasi diri di tahun baru ini. Sejauh manakah kita berupaya untuk senantiasa mengingat Allah SWT di setiap waktu, setiap saat dan setiap detak jantung kita. Insya Allah tahun baru kali ini menjadi lebih baik dari tahun kemarin.



Tidak ada komentar: